{intermezo kabiro cirebon}
Cirebon, sergapreborn
Kita semua sebagai manusia memiliki kelebihan serta kekuatan fisik yang sangat sempurna, yang dilengkapi akal, pikiran, hawa nafsu, ambisi, dan yang lainnya.
Kelebihan serta kekurangan yang dimiliki manusia dilengkapi peran yang sangat penting dan fungsi panca indra yang sempurna. Namun, manusia juga harus menempuh proses pelemahan, “Allah” dialah yang menciptakan kita dari keadaan lemah tersebut, kemudian dia menjadikan kita sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian dia menjadikan kita sesudah kuat itu, lemah kembali dan beruban, dia menjadikan apa saja yang di kehendaki-Nya dan dialah yang maha mengetahui lagi mahakuasa.
Kekuatan dan kekuasaan manusia, sebagai bagian dari berbagai jenis makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala memiliki batas. Baik batas usia, kejayaan, daya pola fikir, maupun kekuasaan atas segala sesuatu yang meliputi nya seperti harta, tahta, pangkat, jabatan, dan lain sebagainya. Tidak ada yang langgeng, semua itu akan menemui ujung pada titik tertentu. Apakah berupa azal kematian, apakah berupa selesainya suatu garapan pada satu bidang pekerkerjaan, ada yang mulus, ada yang rumit bahkan terkadang kita merasa tidak mampu menerimanya.
Tidak ada yang abadi di muka bumi ini setiap yang bernyawa akan menemui azalnya, seperti akhir akhir ini satu persatu, sahabat dari kita, saudara dari kita, banyak yang pulang ke rahmatulloh. Ternyata, seuhebat hebatnya manusia, pasti akan dikalahkan juga oleh sang waktu.
Kita, semakin menua, semakin lemah, semakin sakit sakitan dan akhirnya menyerah pada panggilan sang azal. Waktu setiap hari mengambil sebagian dari diri kita, dengan sangat perlahan, hingga akhirnya kita tak bersisa, maka yang cerdas adalah mereka yang tidak pernah terlena oleh pesona duniawi.
Dia yang menyadari bahwa dirinya sewaktu waktu pasti akan dipanggil azalnya. Lalu dia menggunakan waktu saat ini untuk tidak menunda setiap amal ibadah, yang terbesit di hati. Karena semenit lagi atau bahkan sedetik lagi tidak ada jaminan untuk kita masih bisa melakukannya.
Selagi masih ada waktu, begitu kita dengar adzan langsunglah bergegas, bila ada ajakan kebaikan kita langsung bertindak, yang masih berbuat maksiat mari sesegera mungkin bertaubat. Setiap ada kesempatan langsung berdo’a, setiap ada peluang sedekah langsung disambut, meski kalah oleh sang waktu, setidaknya, kita sudah berupaya untuk tidak merugi karena kita dapat menggunakannya dengan sebaik mungkin dan tidak habis sia sia, hanya untuk menunggu waktunya pulang ke rahmatulloh.
Jika hari ini dunia adalah nyata, maka akhirat nanti hanyalah cerita, setelah kita tiada dunia hanya cerita,
sedangkan akhirat jadi nyata. Kita bukan penduduk asli dibumi ini, yang abadi tempat kita adalah di alam sana, di surga atau neraka. Sang kematian itulah yang paling dekat dengan diri kita sayang sekali kita sering melupakannya.
Begitu dekatnya antara ruh dan jasad manusia sewaktu waktu akan berpulang menghadap sang kekasih yang dicintai, yaitu allah subhanahu wa ta’ala. orang cerdas itu adalah yang selalu mengingat kematian, semoga kita dapat menyelesaikan misi dialam dunia ini dengan sebaik mungkin.
Aamin, amiin, amiiin yaa rabbal’alamiin.
(***)