Sukabumi

TBC Bisa Berakibat Fatal Jika Tidak Diantisipasi,Ini Penjelasannya…..

Sergapreborn Sukabumi-Menurat penjelasan Kepala Puskesmas Cipari Kecamatan Cicurug “dr Bagus Jatiswar” TBC (Tubekulosis) merupakan penyakit infeksi yang mudah menyebar bahkan lewat tetesan kecil sekalipun, seperti batuk dan bersin.
Penyakit ini menyerang alat pernapasan manusia yaitu paru-paru jika tidak diantisipasi bisa berakibat fatal’,ujarnya,pada saat diwawancarai awak Media Minggu,(18/06/2022) dikediamannya.

“Data diwilayah kami Tahun 2021 mengenai Tuberkulosis (TB), sudah mencapai 70 orang atau 70 kasus, diantaranya 63 orang dinyatakan sembuh dan 3 orang meninggal dunia.2 orang masih dalam menjalani pengobatan’,paparnya.
Di Tahun 2022 dari periode Januari sampai dengan bulan Juni sekarang ada tercatat ada 56 yang akan dilakukan screening atau deteksi dan terkonfirmasi positif.
24 orang yang saat ini masih menjalani pengobatan di instansi kami.

“Selanjutnya untuk penanggulangan kasus Tuberkulosis (TB).
kita harus ketahui terlebih dahulu bahwa mikro bakterium tuberkulosis itu adalah penyebab dari bakteri tahan asam disebut juga bakteri aerob yang suka terhadap oksigen, bakteri ini hidup butuh oksigen kalau bakteri ini hidup di paru dia akan berada di puncak paru yang memang mengandung banyak oksigen’,jelasnya.

“Penularan dari bakteri ini masuk dari saluran nafas yang berawal dari percikan dahak atau droplet dari penderita TB, jika droplet itu terhirup oleh orang lain, maka kuman TB itu akan menginfeksi orang yang menghirup droplet nya.
Penanggulangan yang pertama adalah penemuan kasus tersebut dan kemudian melakukan pengobatan yang berbarengan dengan melakukan pencegahan penularan, yang dilakukan dalam penemuan kasus itu kita melakukan wawancara terhadap orang-orang yang dicurigai penderita TB maupun pasien yang mengalami penyakit tertentu yang menyebabkan penurunan sistem imun, ungkap Agus

“Kita ketahui sistem apabila terjadi penurunan sistem imun, yang menyebabkan pungsi imun nya turun itu bakteri akan mudah masuk dan menyebabkan infeksi pada orang tersebut.
Selain itu kita juga melakukan wawancara atau investigasi kontak erat atau penemuan kontak erat.
Kontak yang disebut disini adalah orang-orang yang dekat dengan jarak radius dengan pasien atau penderita TB, baik dirumah maupun dilingkungan sekitar.

“Apabila kondisinya berjarak dekat dengan waktu paparan yang cukup kurang lebih 6 s/d 8 jam,itu bisa sangat memungkinkan untuk tertular penyakit tuberkulosis ini.
Itu yang ditemukan dalam penemuan kasus.
Setelah itu apabila diperlukan kita melakukan pemeriksaan dahak itu sebagai multi standarnya, apabila tidak ada dahak nya dan mengalami batuk atau tidak bisa diperiksa dahak nya, kita melakukan rongsen torak atau foto torak dan dilakukan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui bahwa disitu ada gambaran penyakit tuberkulosis atau tidak.

‘Setelah penemuan kasus dilakukan, dan apabila pasien tersebut terkonfirmasi positif maka dilakukan perencanaan pengobatan jangka panjang dengan waktu paling pendek minimal tiga bulan, selain diberikan obat juga harus diberikan edukasi dan sebaiknya ada orang yang ditugaskan sebagai pengawas minum obat yang bisa dilakukan oleh pihak keluarga untuk memastikan si pasien benar meminum obat setiap hari.

“Pasien tuberkulosis ini bisa sembuh apabila dia melakukan pengobatan rutin tanpa terputus. Diupayakan si pasien harus patuh meminum obat tidak terputus sehingga si pasien bisa melakukan pengobatan nya secara singkat, tegas nya.
Di instansi kami tidak dapat dilakukan pengobatan, maka kami akan melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Apabila si pasien kondisinya kurang baik atau dicurigai sudah mengarah MDRTB tentu pengobatan nya akan dirujuk ke rumah sakit. Dan apabila di rumah sakit kondisi nya cukup baik, dan bisa dilakukan pengobatan lagi di puskesmas maka akan diberikan rujukan balik.

‘Disamping penemuan kasus dan pengobatan, kita juga melakukan pencegahan penularan.
Yang pertama setiap orang yang sehat tentu akan lebih kuat atau memiliki kesempatan yang lebih besar untuk terhindar dari infeksi. Maka disarankan kita harus mempunyai keinginan untuk hidup sehat.
Pada anak kecil atau bayi yang baru lahir kita melakukan pencegahan melalui imunisasi BCG yang dilakukan pada usia satu bulan atau tiga puluh hari. Imunisasi BCG ini adalah untuk ketahanan tubuh si bayi agar terhindar dari bakterium tuberkulosis.

“Ada beberapa kendala dalam penanganan kasus TB paru, yang pertama adalah stigma.
Ada beberapa kalangan masyarakat yang masih menganggap TB ini adalah hal yang sangat ditakuti sehingga ketika ada seorang penderita TB biasanya dikucilkan, dijauhi dari pergaulan karena dianggap sangat menular. Sehingga dapat menghambat penemuan kasus tuberkulosis.
Si pasien tersebut tidak mau memeriksakan diri dan juga tidak akan mau melaksanakan pengobatan, Karna dikhawatirkan akan diketahui lingkungan sekitar sehingga dikucilkan, dan hal seperti itu masih ada walaupun tidak sering’,ungkapnya.

“Hambatan dalam pengobatan biasanya minimal 6 bulan pasien itu pada rentan waktu 1 bulan berat badan sudah naik mulai terasa enak, mulai terasa segar, hal ini yang sering terjadi sehingga ada beberapa kasus yang terjadi Drop Out (DO) atau penghentian pengobatan.
Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya resistansi atau obatibi itu tidak mempan.
Untuk itu jaga kesehatan dan kebersihan Karena bakteri tuberkulosis ini bisa terkena pada siapapun’,pungkasnya

(Aom)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button