Opini Nasional

Blusukan Mulai Kehilangan Magisnya

Opini Nasional – Sergapreborn

Oleh : Mukhlis el-Rifqi
(Pertapa Sufi Jalanan)

Blusukan mulai usang. Ia tak menarik lagi dipertontonkan di tengah masyarakat yang menderita akibat PPKM. Seorang presiden yang telah menjabat dua periode, semestinya move on ke kasta lebih tinggi. Jabatan presiden berbiaya mahal setiap geraknya. Maka selayaknya dia melakukan gebrakan yang holistik.

Kalau blusukan ke apotek melihat stok obat itu bukan pekerjaan selevel presiden. Masih banyak staf ahli kementerian yang menguasai seluk beluk distribusi obat. Ini seperti tidak ada yang pecus pegawai Kementerian Kesehatan sehingga Pakde Presiden harus blusukan.

Blusukan ini akan mengendus stok obat, pertanyaannya benarkah stok obat semakin sulit? Mencari siapa bandar obat dan penimbun obat haruskah dilakukan sang presiden? Kemanakah aparat yang dibayar mahal untuk mendeteksi peredaran obat?

Isu kelangkaan obat gara-gara pandemi sempat viral. Namun pada saat yang sama ada serbuan obat dari negeri China. Sementara obat dan vaksin buatan anak bangsa mendadak tidak bisa beredar.

Siapakah kartel obat di hulu yang mengendalikan semua peredaran obat se-Indonesia? Ini tidak akan terjawab oleh blusukan, sebab yang ditinjau pakde presiden hanya pengusaha apotek. Apalagi pengusaha apotek pribumi, pasti tidak akan lengkap stok obatnya.

Mafia obat dan vaksin di level atas yang memonopoli peredaran obat di Indonesia nyaris tidak dipermasalahkan. Ada apa pakde kok Wong Cilik terus yang harus diwaspadai geraknya?

Di tengah situasi yang serba panik ini, ternyata kartel obat dan peralatan kesehatan justru laris manis produknya. Trilyunan rupiah berputar dan Wong Cilik hanya menjadi obyek pasar. Namun agar tidak “saru” si Wong Cilik diperlakukan seperti kaum dhuafa yang harus disantuni dengan judul bansos.

Blusukan tidak akan menyelesaikan problem kartel obat dan monopoli hulu hilir obat di Indonesia. Blusukan juga tidak menyelesaikan ekonomi rakyat kecil yang terdampak PPKM. Bansos beras lima kilogram tidak bisa digunakan bertahan hidup selama sebulan. Blusukan berbagi obat dan sembako sudah kehilangan daya tariknya.

Yang dibutuhkan rakyat itu sumber kehidupan agar mereka bisa bangkit kembali. Berilah mereka kesempatan membeli beras bukan menerima bansos beras.

Blusukan akan bermakna manakala bisa memberikan solusi kepada rakyat. Kalau blusukan hanya sebatas pencitraan, maka problem bangsa ini tidak akan pernah selesai.

Kesabaran Wong Cilik dan kaum Marhaen tidak terlalu banyak. Jika situasi bangsa ini tidak segera move on dari kepanikan nasional, maka bom waktu tinggal selangkah lagi.

Semoga Pakde bisa merenungi nasib Wong Cilik Marhaen yang dulu selalu dibela Bung Karno.

(***)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button