Wartawati Cantik Ninik Setiyani, Selamat Jalan, Semoga Husnul Khotimah

Sergapreborn Jepara kehilangan seorang jurnalis cantik dan berprestasi, Ninik Setiyani, pada Kamis, 23 Januari 2025. Dia dilaporkan meninggal di rumahnya di Desa Swawal, Kecamatan Pakisaji. Jenazah dibawa ke rumah orangtuanya di Desa Jobokto, Kabupaten Jepara. Ninik meninggalkan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Presiden ALMIJ John mengatakan Ninik sangat aktif sepanjang hidupnya di berbagai organisasi yang diikutinya sebelum memutuskan menjadi jurnalis. Sebagai bagian dari kariernya di industri media, ia lebih merupakan seorang jurnalis. Meskipun almarhumah seorang perempuan, dia memiliki aura yang tenang, tegas, dan bermartabat. Selain itu, almarhumah merupakan seorang tuan rumah yang sangat baik, ia sering menjadi tuan rumah bagi berbagai acara, bahkan acara dadakan. Dapat dikatakan dia multitalenta.
“Mbaku Ninik adalah sosok perempuan yang aktif, kreatif dan multitalenta. Kiprahnya di media sudah dikenal hampir seluruh jajaran Forkopi Muda dan pejabat tinggi di seluruh Kabupaten Jepara. Sebagai seorang wartawan, hasil karyanya sungguh dirindukan. karena beliau selalu menjadi wartawan yang positif, berimbang, santun, dan profesional. “Semoga beliau meninggal dunia dengan tenang dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan. Amin,” kata John.
Ini adalah kisah tentang putra satu-satunya, Adit. Pada pagi harinya dia tampak sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Dia meminta ketua untuk mengantarnya ke sekolah. Polisi mengatakan Adit pergi ke sekolah sendirian karena almarhum tidak mau keluar. Sekitar pukul 3 sore saya tiba di rumah dan mendapati gerbang terkunci. Adit kemudian menghubungi almarhum melalui WhatsApp. Menurut Adit, dia menelepon sekitar lima kali namun almarhum tidak menjawab. Belakangan karena penasaran, Adit melompati pagar dan menyadari bahwa pintu depan juga terkunci.
Adit mencoba memeriksa kondisi rumah melalui jendela kamar ibunya dan melihat ibunya bertingkah berbeda dari biasanya. Tanpa ragu, Adit mendobrak pintu kamar dan mendiang ibunya menghilang. Tak kuasa menahan air mata dan keterkejutannya, Adit pun menelepon tetangganya untuk meminta bantuan. Jenazah kemudian dibawa dengan ambulans dari Desa Kechapi menuju rumah orang tua almarhum. “Saya sangat bangga dengan ibu saya dan saya sangat mencintainya. Dia selalu sabar dan baik hati serta membimbing saya dengan cara yang positif. Saya sangat merindukannya. Saya tidak tahu bagaimana cara melangkah maju. Saya tidak tahu bagaimana cara menghadapinya … Jika itu tidak apa-apa. Saya harap ibu saya mendapatkan akhir yang bahagia,” kata Stollen.
Adit menambahkan dengan nada sedih yang mendalam di hatinya, “Jika ibu saya berbuat salah kepada teman-temannya, maka kami sekeluarga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada beliau.”
HN